30 November 2010

Sekilas Kabar

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah terhitung 5 bulan saya berkecimpung di dunia travel, dari Sastra Indonesia kemudian menjadi seorang Travel Traine... :)  hidup benar-benar tidak bisa diterka.

Seharusnya, jika mengikuti alur yang benar, setelah lulus S1 saya seharusnya menjadi reporter atau editor, atau wartawan, atau apapun yang lebih dekat dari jurusan yang sudah saya ambil. Tapi apa daya, setelah lulus kuliah, 6 bulan menganggur, Mama yang sudah bosan melihat anak lelakinya yang setiap hari hanya sibuk menghabiskan waktuya di rumah dan main komputer saja, memberi usul yang tidak bisa saya tolak (lebih tepatnya saya tak menemukan alasan untuk menolaknya, mengingat status saya yang pengangguran akut :(( ). Usul tersebut adalah: Sekolah lagi. Ya benar kawan, dan pilihan sekolah lagi akhirya jatuh ke LPPN (Lembaga Pendidikan Pariwisata Nusantara), sebuah sekolah setara D1 yang mencetak lulusannya untuk bekerja di bidang Pariwisata.

Sastra ---> Pariwisata, apakah kalian bisa melihat adanya korelasi antara dua kata tersebut? Jika Iya jawab kalian, silahkan berikan jawabannya, jika TIDAK, maka kalian sependapat dengan saya. Hahahahahah... lalu kenapa akhirnya saya memlih untuk sekolah lagi di situ. Jawaban tersebut nanti akan saya jelaskan (jika ada waktu dan ingat :p )secara panjang, lebar, dan pastinya akan sangat membosankan kalian untuk membacanya.

Lalu apa dong inti dari tulisan ini???? Tak ada :D

Saya hanya iseng untuk melihat blog yang dulunya saya buat dengan semangat, akhirnya menjadi terbengkalai. Dan secara iseng-iseng pula akhirnya menyempatkan menulis beberapa patah kata.

Mungkin nanti,  saya akan mencoba meluangkan sedikit waktunya saya untuk update blog ini. :)

23 April 2010

Pengen Nulis aja

Empat tahun  kuliah di jurusan Sastra Indonesia, tapi di saat ada keinginan untuk mencurahkan sebuah kisah menjadi rentetan kata, mengukir  sebuah kenangan dalam kalimat, merangkai paragraf menjadi sebuah cerita yang utuh. Otak ini serasa menjadi buntu. Hanya tangan yang berdiam di atas keyboard dan mata yang nanar menatap layar komputer. 5 menit, 10 menit, hingga 30 menit. Hingga akhirnya rasa bosan, jenuh, dan kesal menghinggapi  diri ini.

Aku pun menjadi tak peduli. Tulis saja apa yang ingin kau tulis. Batin ku dalam hati. Tapi bagaimana memulainya. Bantahku sendiri. Hah… mengapa sebagian orang begitu mudah mencurahkan perasaan mereka menjadi untaian kata yang indah lagi bermakna. Begitu gampang merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang enak di baca, hingga kumpulan paragraf itu akhirnya  menjadi sebuah essai yang kritis. Menjadi sebuah cerita pendek yang menggugah. Bahkan menjadi sebuah novel yang mendebarkan.

Mengapa aku tak bisa menjadi seperti mereka. Apa karena memang tiada bakat dalam diri ini untuk menjadi seorang pujangga? Hahaha…  tiba-tiba tertawa sendiri  aku membaca baris kalimat terakhirku itu. Pujangga? Memang dibutuhkan bakat untuk bisa jadi pujangga. Tapi untuk menjadi penulis? Kau hanya membutuhkan latihan. Begitu kata seorang dosenku, dulu. Berlatihlah, tulis, tulis, dan tulis. Curahkan saja apa yang ada di kepala. Tak usah pedulikan apakah tulisan itu akan jadi indah atau hanya menjadi kumpulan kata tanpa makna. Tak usah pedulikan apakah tulisan itu sudah mengikuti EYD (ejaan yang disempurnakan) atau tidak. Tak usah pedulikan.

Maka beginilah hasilnya. Niat hati ingin membuat sebuah cerita, ternyata berakhir menjadi sebuah curahan hati. Hahahah… bahkan untuk membuat sebuah penutup untuk tulisan yang tak jelas ini, aku pun tak sanggup.

TAMAT.
Bersambung…