23 April 2010

Pengen Nulis aja

Empat tahun  kuliah di jurusan Sastra Indonesia, tapi di saat ada keinginan untuk mencurahkan sebuah kisah menjadi rentetan kata, mengukir  sebuah kenangan dalam kalimat, merangkai paragraf menjadi sebuah cerita yang utuh. Otak ini serasa menjadi buntu. Hanya tangan yang berdiam di atas keyboard dan mata yang nanar menatap layar komputer. 5 menit, 10 menit, hingga 30 menit. Hingga akhirnya rasa bosan, jenuh, dan kesal menghinggapi  diri ini.

Aku pun menjadi tak peduli. Tulis saja apa yang ingin kau tulis. Batin ku dalam hati. Tapi bagaimana memulainya. Bantahku sendiri. Hah… mengapa sebagian orang begitu mudah mencurahkan perasaan mereka menjadi untaian kata yang indah lagi bermakna. Begitu gampang merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang enak di baca, hingga kumpulan paragraf itu akhirnya  menjadi sebuah essai yang kritis. Menjadi sebuah cerita pendek yang menggugah. Bahkan menjadi sebuah novel yang mendebarkan.

Mengapa aku tak bisa menjadi seperti mereka. Apa karena memang tiada bakat dalam diri ini untuk menjadi seorang pujangga? Hahaha…  tiba-tiba tertawa sendiri  aku membaca baris kalimat terakhirku itu. Pujangga? Memang dibutuhkan bakat untuk bisa jadi pujangga. Tapi untuk menjadi penulis? Kau hanya membutuhkan latihan. Begitu kata seorang dosenku, dulu. Berlatihlah, tulis, tulis, dan tulis. Curahkan saja apa yang ada di kepala. Tak usah pedulikan apakah tulisan itu akan jadi indah atau hanya menjadi kumpulan kata tanpa makna. Tak usah pedulikan apakah tulisan itu sudah mengikuti EYD (ejaan yang disempurnakan) atau tidak. Tak usah pedulikan.

Maka beginilah hasilnya. Niat hati ingin membuat sebuah cerita, ternyata berakhir menjadi sebuah curahan hati. Hahahah… bahkan untuk membuat sebuah penutup untuk tulisan yang tak jelas ini, aku pun tak sanggup.

TAMAT.
Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar