27 Maret 2009

Mitos BBC kartu Flash

BBC adalah singkatan dari Black Basic Card. Singkatan itu sendiri saya dapat dari sebuah tread di forum yang membahas telkom flash...

Istilah BBC digunakan untuk kartu flash yang "tidak normal"...

Maksudnya "tidak normal" disini, yaitu tidak sesuai dengan paket yang diambil. Sebagai pelanggan baru tentu saja saya kurang mempercayai itu

Namun, setelah mencoba untuk membuktikannya sendiri, ternyata hal itu benar adanya kawan...

Seharusnya, sesuai paket yang saya ambil, yaitu paket basic, kecepatan maksimal yang bisa saya dapat adalah 256 Kbps. Namun, kecepatan yang saya dapet sering kali melebihi itu...

Buktinya bisa dilihat DISINI. Disitu terlihat bahwa kecepatan donlot saya di pagi hari tembus sampai 200 KBps (1600 Kbps), hampir 7 kali lipat lebih cepat dari pada seharusnya... :)

Dan ada lagi satu keunggulan dari kartu BBC flash ini, yaitu tidak ada batas limit... :d hal ini juga terjadi di kartu saya...

lihat screen shot dibawah ini...
Photobucket

Penggunaan bulan ini sudah melebihi 4 GB, tapi kecepatan donlot masih stabil di 30 KBps... Seharusnya karena sudah melebihi kuota kecepatan akan diturunkan menjadi 64 Kbps (8 KBps)

Semoga fenomena ini berlangsung lama ya...

22 Maret 2009

Sahabat, harta yang paling berharga

Menulis ini sembari mendengarkan lagu kepompong-nya sindentoska, hmm… benar-benar klop

Malam ini gak tau kenapa, pengen nulis tentang persahabatan aja. Mungkin karena malam ini baru aja dikunjungi ama seorang sahabat . Ngobrol gak jelas, cerita tentang masa SMA, tertawa begitu lepas. Segala beban sepertinya terlepas begitu saja. Beban masih nganggur, beban lagi gak punya duit , hingga beban masalah asmara… halah…


Banyak definisi yang telah saya baca mengenai sahabat. Ada yang bilang, “Sahabat adalah orang yang tetap berada disampingmu, tetap membelamu, disaat “teman-teman” mu yang lain menjauhimu karena kau telah berbuat kesalahan". Ada juga yang mengatakan, “Sahabat adalah orang yang selalu berkata padamu jujur apa adanya, bukan orang yang berkata apa yang ingin kau dengar.” Istilah kerennya, mengatakan hitam adalah hitam, putih adalah putih .

Pernah juga ada seseorang yang mengatakan, “Sahabat itu seperti bintang di langit, mungkin ada saatnya dia tak terlihat dalam pekatnya malam. Namun kita tau dia tetap berada disana, ada saat kita membutuhkannya.” Atau, “Sahabat adalah orang yang walau kita hanya duduk diam bersamanya, namun saat kita meninggalkannya kita merasa seperti telah bercakap banyak dengannya.” Hmmm… bener gak ya apa yang saya tulis itu…

Yah,,, walau begitu banyak definisi tentang sahabat. Saya sendiri tidak terlalu rumit dalam menjabarkan arti sahabat. Sahabat bagi saya adalah orang yang dengannya saya bisa tertawa lepas, yang saat bersamanya saya tak perlu jaim (jaga imej), bisa menjadi diri ini apa adanya, tak perlu memakai “topeng” hanya untuk terlihat baik.

Yups,,, dan betapa beruntungnya saya saat menyadari bahwa saya mempunyai beberapa sahabat seperti definisi yang saya buat sendiri itu. Seperti sahabat yang baru saja mengunjungi saya , setiap datang sepertinya tidak ada bahan pembicaraan lain selain masa SMA, yah mungkin ada saat-saat kami berbicara tentang masa kini, tetapi kebanyakan sih ngomongin tentang masa lalu. Mengulang-ulang pembicaraan tentang dia yang tidak jadi “nembak” cewe yang dia suka, atau bagaimana dia ditembak oleh seorang cewe, yang waktu itu tanpa dia tahu statusnya adalah pacar saya . Membicarakan hal-hal remeh di masa lalu, namun bisa tertawa begitu lepas.

Atau seorang sahabat saya yang lain. Yang dengannya saya bisa membicarakan hal-hal yang tak mungkin saya bicarakan dengan teman perempuan saya yang lain, bahkan dengan pacar sendiri (sekarang sudah mantan… ). Ada untungnya juga waktu dulu saya nembak dia, ditolak. Heheheh…

Jadi, benarlah kalau ada orang yang bilang “Sahabat adalah harta yang paling berharga”. Engkau bisa menciptakan banyak musuh dalam satu hari. Namun, untuk mendapatkan seorang sahabat… membutuhkan waktu yang lama pastinya

Persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah…

Huaah… ngantuk… udahan ah nulisnya… mau tidur….



Testimoni untuk telkom flash

Tak terasa sudah hampir 30 hari saya menggunakan flash...

Awalnya, sangat kecewa karena koneksi flash yang amburadul. Sinyal yang didapat hanyalah GPRS, untuk browsing leletnya minta ampun... :#

Awalnya saya menyangka, waktu flash dikirim oleh adik, penggunaannya sudah lewat batas 3GB. Kan katanya kalo lewat 3GB kecepatan akan turun jadi up to 64 kbps. Namun, setelah saya bayar tagihan flash, kecepatan tidak kunjung naik-naik :f.


Setelah saya periksa, ternyata kesalahan bukan pada jaringan flashnya, tetapi pada setting modem yang tidak benar... :p Disetting untuk GSM only,jelas sinyal yang didapat hanyalah sinyal GPRS. Setelah setting diubah menjadi WCDMA only, sinyal 3G pun didapat... :D

Flash mulai tidak mengecewakan... browsing cukup lancar... donlot juga lumayan. Namun kalau malam hari, jaringan flash sering sekali bermasalah. Tetapi saat pagi hari menjelang siang mantebs lah...

Hanya saja, untuk bermain game online,, sangat tidak disarankan. Untuk game berbasis web saja, sering terjadi lag. Cuaca juga berpengaruh pada jaringan, kalo mendung dan ujan, jaringan menjadi jelek...

Sebagai perbandingan kecepatan donlot saat malam dan pagi hari sebagai berikut:
Dibawah ini saat saya donlot sekitar pukul 08.00 pagi. :z

Photobucket


Sedangkan yang ini kecepatan donlot sekitar pukul 07.30 malam. :)

donlot pagi pake flash


Fiuhh... :d beda jauh sekali ya...

Sampai akhir bulan ini, sepertinya jatah 3GB belum terlewati. Jadi untuk kecepatan setelah diturunkan menjadi up to 64 kbps masih belum bisa saya share disini.

19 Maret 2009

Game Nokia N70: Heroes Lore (RPG)

Seperti yang sudah pernah saya katakan sebelumnya... :D

Jika ada yang request, jika sanggup pasti saya berikan.. ;)

Ada yang meminta game RPG, kebetulan saya ada, :) ya saya beri...

HEROES LORE: WIND OF SOLTIA

Game RPG yang manteb :d

Perlu diingatkan sebelumnya... :) kalo game ini bisa menyebabkan gejala kecanduan,,, khususnya :d bagi pencinta game-game RPG...


ini beberapa screenshotnya....




ini link donlodnya... HEROES LORE

Selamat menikmati... :k

Selamat Tinggal Speedy, Selamat Datang Flash

Sebelumnya untuk berselancar di dunia maya aku menggunakan Speedy. Saat menggunakan Speedy tidak ada keluhan berarti, kecuali mungkin beberapa kali putus-nyambung koneksinya. Apalagi sebulan setelah berlangganan, Speedy dengan sangat baiknya memberi promo gratis dari jam 8 malam sampai jam 8 pagi. Otomatis tambah senanglah hati ini :D. Speedy personal dengan kuota 1 GB tidak pernah terlewati kuotanya walau penggunaannya dikeroyok 3 orang. Hampir setiap malam donlotan melebihi 1 GB dilakukan. Namun masa bulan madu pun harus berakhir seiring dengan berakhirnya promo gratisan Speedy.

Saat aku memutuskan untuk putus hubungan dengan Speedy, terdengar selentingan kabar bahwa Speedy akan mengeluarkan paket semi unlimited, keinginan untuk undur diri pun diurungkan untuk sementara. Namun tidak adanya kejelasan kapan paket tersebut akan dikeluarkan membuat niat untuk cerai dengan Speedy pun harus dilaksanakan.

Setelah beberapa hari putus hubungan dengan dunia maya :c, candu internet yang telah merasuki raga dan jiwa ini mulai terlihat dampaknya. Apalagi status yang masih pengangguran membuat diri ini hampir stress karena sama sekali tidak ada kesibukan setelah Speedy dicabut :#. Kebetulan saat itu di Senayan sedang ada pameran komputer, dengan niat mencari ISP (Internet Servis Provider) yang lebih murah, aku pun meneguhkan niat untuk pergi ke pameran tersebut. Setiap sudut pameran kujelajahi, mengumpulkan selembar brosur demi brosur. Mengumpulkan setiap keping informasi untuk memilih provider internet yang tepat, murah tapi berkualitas.

Banyaknya pilihan malah membuat aku bingung untuk mengambil keputusan. Baru memasuki ruang pameran, terlihat stand operator seluler XL yang juga menawarkan paket internet unlimited seharga 100 ribu, masuk lebih ke dalam ada stand telkomflash yang menawarkan paket modem seharga 1.500.000 rupiah dengan internet unlimited gratis selama 6 bulan. Setelah itu bertemu juga aku dengan stand Smart dengan produk unggulannya EVDO, 3G-nya CDMA.

Di tengah pengumpulan brosur, terlewati pula stand Fastnet. Hmmm… ini dia yang kucari pikirku. 135 ribu bisa internet-an tanpa batas dengan kecepatan 126kbps. Cukup murah dengan kualitas, yang katanya, tidak terlalu mengecewakan. Kudekati stand itu selangkah demi selangkah. Melihatku mendekat, mbak-mbak SPG langsung datang menghampiri. Dengan tersenyum manis dia pun menawarkan produk Fastnet. Selama dia menjelaskan keunggulan produk Fastnet, aku hanya manggut-manggut mencoba mengerti. Setelah dirasa cukup penjelasan yang dia berikan, aku pun bertanya, “Tapi rumah saya sudah masuk jaringan Fastnet belum ya mbak?”

“Oh, coba aja kita cek Pak,” jawab mbak SPG itu sembari, tetap tidak lupa, tersenyum manis :$.

Dalam hati sih aku menggerutu, masa dipanggil Pak, umur belum ada 23 tahun, harusnya manggil mas dong :p. “Alamat rumahnya dimana Pak?” tanya si mbak SPG.

Haaah… apa mukaku emang boros ya… :f “Serdang Baru mbak” jawabku.

Dengan sigap, si mbak mengutak-atik komputer di depannya. Senyum di wajahnya sekilas menghilang, kemudian dia berbalik menghadapku, “Sepertinya belum ter-cover Pak” katanya.

“Oooh… sayang sekali ya mbak,” jawabku.

“Gini aja Pak, biar saya catet nomor telepon dan email Bapak, nanti kalau jaringan kami sudah sampai di wilayah Bapak, akan kami hubungi,” kata si mbak, dengan senyum yang tidak seindah tadi :p.

Aku pun memberikan nomor telepon serta alamat emailku. Setelah itu aku pun beranjak menyusuri stand-stand pameran yang lain. Menjelang pintu keluar kutemui stand IM2 dan Indosat 3.5G. Setelah kurasa cukup brosur yang kukumpulkan, aku pun beranjak untuk pulang. Setelah berkonsultasi dengan kakak (karena dialah yang nantinya akan berkontribusi cukup besar dalam masalah biaya :p) , tetap tidak ditemukan kata mufakat. Hambatan terbesar datang dari mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli modem apabila akan menggunakan internet berbasis GSM. Sekitar 1 juta yang harus dikeluarkan untuk membeli modem.

Namun, selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah. Tampaknya kalimat tersebut sangat tepat untuk menggambarkan situasi saat itu. Saat aku berbicara dengan adikku yang sedang berada nun jauh di Lahat, Sumatra Utara. Dia menawarkan solusi yang bagus sekali. Karena kantornya sekarang sudah dipasang internet, dan dia mengetahui bahwa Speedy telah dicabut, dia menawarkan modem miliknya beserta kartu telkom flash-nya sekaligus. Tanpa pikir panjang aku pun setuju.

Tiga hari kemudian paket kiriman dari Lahat tiba. Berisi Modem serta kartu Flash siap pakai. Dan semenjak itu, aku pun kembali menjelajahi dunia maya :L. Sudah hampir 30 hari kugunakan kartu Flash. Akan kuceritakan nanti nilai plus serta minus dalam menggunakan kartu flash. Saat ini cukuplah artikel ini sebagai salam perkenalan ku dengan Telkom Flash :z.

04 Maret 2009

PAHITNYA CINTA: MENOLAK MASA LALU, DICAMPAKKAN MASA KINI

Kau tlah hancurkan semangat hidupku, menusuk hatiku, mengingat dirimu…

Tiba-tiba Hp ku bergetar. Mengeluarkan nada dering khas yang sengaja kupilih untuk Shanti. Seseorang yang pernah menghiasi hati ini dengan rasa cinta. Namun kemudian mencampakkannya. Pergi. Lalu kemudian kembali. Mencoba menebar kembali benih cinta dalam hati ini. Sejenak aku menunggu. Sudah beberapa hari ini Hp ku selalu berbunyi mengeluarkan nada yang sama. Hanya sebentar. Lalu kemudian mati. Hanya sekadar miscall. Mungkin hanya iseng belaka. Atau mungkin ia benar-benar rindu. Entahlah. Aku juga tidak tahu pasti.

Namun kali ini tampaknya sedikit berbeda. Nada dering itu terus berlanjut. …apakah aku bersalah kepadamu. Hingga akhirnya kau pergi tinggalkanku….

“Halo,” ucapku sedikit malas. Tahu bahwa kemudian jawaban yang terdengar hanyalah bunyi tuut.. tuut.. panjang.

“Hai,” terdengar suara renyah membalas sapaku.

“Hai juga,” jawabku spontan, “tumben. Ada apa? Biasanya cuman miskol doang,” kataku.

“Aku cuman pengen nanya satu pertanyaan, kalo aku minta jadian lagi ma kamu, kamu jawab apa?” tanyanya langsung.

“Haah… Apa? Coba diulang Shan?” aku balik bertanya.

“Kalo aku minta jadian ma kamu, jawaban kamu apa?” tanyanya kembali.

“Kamu serius?” sekali lagi aku mencoba untuk memastikan.

“He.. eh,” jawabnya singkat.

“Emm.. bisa kasih aku waktu untuk berpikir?” tanyaku.

“Oke, satu hari. Besok Sabtu aku dah harus dapet jawaban dari kamu. Gak lebih, boleh kurang. Kutunggu ya,” jawab dia.

“Oke, tapi…,” suaraku terputus oleh bunyi tuut panjang.

Aku sejenak terdiam. Kemudian melanjutkan membaca komik. Suasana di Gramedia Pasar Baru. Tempat favoritku dimana aku bisa membaca komik tanpa membelinya. Masih ramai. Orang-orang lalu-lalang. Para karyawan Gramedia. Yang hari ini berdandan khusus. Memakai topi lancip. Berbaju hitam. Beberapa ada yang pipinya dilukis menyerupai sambaran petir. Bahkan ada yang kesana kemari membawa sapu ijuk. Entah untuk menyapu atau hanya untuk pajangan belaka. Promosi Harry Potter yang sudah kelewatan pikirku. Aku mencoba untuk tidak mengacuhkannya. Asal masih bisa membaca komik gratis. Para karyawan itu mau memakai baju Batman atau Superman juga tidak masalah.

Biasanya aku tahan berdiri dua sampai tiga jam hanya untuk membaca komik. Namun entah kenapa, setelah menerima telepon dari Shanti. Aku tiba-tiba merasa jenuh dan memutuskan untuk segera pulang.


***

Sudah lama aku tidak datang ke pantai Anyer. Mungkin sudah satu tahun. Masih kuingat jelas setiap kenangan yang tercipta disini. Kenangan yang indah. Namun menjadi pahit saat kukenang kembali. Pantai ini tidak berubah sejak terakhir kali aku ke sini. Sejuknya hembusan angin laut. Bunyi deburan ombak yang samar terdengar. Langit yang memerah saat sore menjelang. Kemudian jingga. Lalu menghitam ketika Matahari sudah terbenam.

Aku masih ingat saat kami berjalan menyusuri pantai. Tawanya yang renyah. Senyumnya yang menggoda. Dan segala sikapnya yang kadang membuatku tertawa. Saat kami duduk memandang laut. Membiarkan hembusan angin menerpa. Saat kupandang wajahnya. Saat itu aku merasa. Hidupku sempurna.

Kemudian tiba-tiba. Tanpa alasan. Ia menghancurkan segalanya. Membangunkanku dari mimpi indah. Terhempas kembali ke dunia nyata. Hidup ini memang aneh. Saat aku merasa memiliki sesuatu. Saat itu juga, sesuatu itu terampas. Saat aku pun mulai melupakannya. Terganti dengan yang lain. Tiba-tiba ia datang kembali. Menawarkan hal sama seperti yang pernah ia berikan dulu. Sesuatu yang kini sudah kudapat kembali.

Sebulan yang lalu. Tepat ketika aku berulang-tahun. Ia meneleponku. Sekadar mengucapkan selamat. Lalu menanyakan kabar. Tidak terasa, kami pun berbalas SMS. Aku tak pernah bisa membencinya. Karena itu pulalah aku tak keberatan saat ia kembali. Tidak ada rasa dendam. Karena rasa itu sudah lama hilang. Aku perlahan bangkit dan mencoba menghapus luka. Dan baru kusadari, ternyata masih ada sedikit rasa yang tertinggal. Ketika ia pun kemudian menawarkan untuk menjalani hari bersama. Sebagai sepasang kekasih. Aku tidak bisa menjawabnya.

Ia masih sama. Sifat. Wajah. Suara. Tatapan matanya. Masih sama seperti yang kuingat. Rambut yang lurus sebahu. Cara berpakaian yang sederhana. Dan segala yang kuingat tentang dirinya. Persis sama dengan yang kulihat pada dirinya saat ini. Hanya terlihat lebih dewasa.

Jika saja ia datang lebih cepat. Jika saja aku masih sendiri. Mungkin dengan rasa bahagia kuterima ajakan tersebut. Tapi kini sudah ada seseorang yang telah menggantikannya. Mengisi hari-hari ku dengan canda dan tawa. Membuatku kembali merasa... hidupku sempurna.

Masalahnya sekarang adalah... apa jawabanku atas keinginannya tersebut. Ia kembali, tidak ingin hanya menjadi teman. Sifatnya masih saja egois. Dan hari ini aku harus memberinya jawaban. Iya atau tidak. Maka ke pantai inilah kemudian aku merenung. Di pantai ini telah tercipta kenangan atas dirinya. Yang kuharap bisa membantu dalam memutuskan.

Dua jam merenung. Tidak ada hasil yang kudapat. Rasa bimbang masih ada. Antara ingin memilihnya. Namun tidak ingin menyakiti yang lain. Akan lebih mudah jika aku membencinya. Mendendam karena telah dicampakkannya. Merasa terluka saat dikhianati. Dan menganggap ia telah hilang selamanya. Namun aku tidak bisa. Entah mengapa aku tidak pernah bisa untuk membencinya. Walau telah kudapat pengganti dirinya. Kuakui masih ada ia di hatiku. Ternyata aku masih mencintainya.

Makin kupikirkan. Hanya membuatku pusing saja. Bagaimanapun aku harus memilih. Kuambil Hp. Dengan perlahan kutekan tombol-tombol huruf yang ada. Menulis pesan untuknya.

Jika sebuah kaca telah pecah, tidak mungkin kaca itu dapat kembali seperti semula. Begitu juga rasa cintaku padamu. Kuharap kita dapat hanya menjadi teman. Karena kini tlah kudapat pengganti dirimu.

Akhirnya itulah keputusanku. Bukankah cinta tidak harus memiliki. Biarlah masa lalu hanya menjadi masa lalu.


***

Kring...! terdengar suara Hp. Masih jam lima pagi. Siapa yang menelpon sepagi ini?

“Desi,” kubaca nama yang terpampang di layar Hp.

“Halo... Assalamualaikum,” kataku.

“Maaf Mas pagi-pagi sudah nelpon,” terdengar suara Desi.

“Gak pa pa dek, da apa?” tanyaku.

“Mas bisa dateng ke rumah gak? Ada yang mau aku bicarain,” jawab Desi.

“Bisa sih, tapi emangnya ada apa? Semalem mimpi buruk ya?” tanyaku lagi.

“Ya, gitu deh. Udah ah gak usah diomongin.” jawab Desi.

“Ya udah... nanti aku maen deh ke rumah. Ntar ceritain mimpinya ya,” kataku mengakhiri pembicaraan.

Malas rasanya untuk bangun dari tempat tidur. Dengan gontai aku pergi ke kamar mandi. Berwudu. Lalu salat Subuh. Setelah itu aku pun kembali tidur.
Jam delapan pagi aku terbangun. Sarapan. Menonton Doraemon. Lalu duduk di teras rumah. Membaca surat kabar. Memperhatikan Ibu-ibu pergi ke pasar. Tetangga depan rumah yang mencuci mobil. Orang-orang yang berolah-raga pagi. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap pagi di hari Minggu.

Lalu aku teringat tentang telepon yang kuterima subuh tadi. Memangnya mimpi apa Desi semalam. Ia memang sering bermimpi tentang apa saja. Herannya, ia sering percaya bahwa isi mimpinya itu akan menjadi nyata. Terlebih jika mimpi buruk. Sebenarnya hari ini aku tidak ingin pergi kemana-mana. Keputusanku untuk lebih memilih Desi daripada Shanti masih menyisakan keraguan di hati.

Kira-kira sudah enam bulan aku jadian dengan Desi. Ia seorang yang manis, cantik, dan baik hati. Intinya... aku bersyukur bisa menjadi pacarnya. Dan jika mengingat saat-saat jomblo dulu. Aku tidak mau mengulang masa-masa itu. Memang ada enaknya. Tapi terlalu banyak tidak enaknya. Saat itu aku pernah merasa tidak mempunyai tujuan hidup. Tidak ada seseorang yang memperhatikanku. Orang yang menemani saat senang. Yang menghibur saat bersedih. Dan memahami aku apa adanya.
Terkadang... aku masih tidak percaya Desi bersedia menjadi pacarku. Sewaktu aku menanyakan apakah ia mau pacaran denganku. Aku sudah siap untuk ditolak. Namun, ternyata aku diterimanya. Ternyata Tuhan mendengar doaku, pikirku saat itu.
Kulirik jam, sudah jam sepuluh. Aku mandi. Lalu bersiap ke rumah Desi.

“Mak, Jo pergi dulu ya. Pengen maen ke rumah temen,” kataku.

“Ati-ati ya,” kata Ibu.

“Iya, Assalamualaikum,” pamitku.

“Waalaikum salam,” kata Ibu.

Untung motor sedang tidak ada yang memakai. Lebih praktis dan cepat. Sepuluh menit sampai ke rumahnya.

“Assalamualaikum...! Desinya ada Bu’? tanyaku.

“Waalaikum salam. Eh Nak Jo. Ayo masuk. Desinya lagi keluar sebentar. Tunggu aja,” jawab Ibunya Desi.

“Iya Bu’,” kataku.

Aku masuk dan duduk di sofa. Kipas angin menyala di atasku. Nyaman. Sambil menunggu. Kupandangi lukisan Ka’bah yang terpasang di tembok sebelah kiri. Lukisan tersebut selalu dapat membuatku terkesima.

“Sudah lama Mas?” tiba-tiba suara Desi membuyarkan lamunanku.

“Baru lima menit kok,” kataku.

“Maaf ya Mas tadi pagi udah menggangu,” kata Desi.

“Gak pa pa, emangnya semalam mimpi apa sih?” tanyaku.

“Aku malas ah nyeritainnya. Pokoknya buruk deh mimpinya,” jawabnya.

“Ya udah, ga papa kalo gak mau cerita. Trus yang mau kamu omongin apa?” tanyaku lagi.

“O... itu Mas... O iya Mas mau minum apa? Teh atau...?” Ides malah balik bertanya.

“Air putih aja,” jawabku.

“Tunggu bentar ya Mas,” Desi kemudian masuk ke dalam rumah.

Tidak lama, ia datang kembali membawa segelas air putih. “Gimana kabarnya Mas?” tanyanya.

“Kabarku biasa aja,” jawabku.

Desi lalu duduk di sebelahku. Tingkahnya sedikit aneh. “Ada apa sih de’?” tanyaku.

“Mas..., kayaknya kita enakkan jadi sahabat aja deh,” jawabnya.

Deg... tiba-tiba terasa sesuatu menghujam. Aku sama sekali tidak percaya terhadap apa yang baru saja kudengar.

“Apa de’?” tanyaku. Berharap kesalahan ada di telingaku.

“Aku merasa kalo kita tuh lebih cocok seperti dulu,” jawab Ides.

“Maksudmu kita putus?” tanyaku.

Ia hanya menganguk.

Dengan suara yang kucoba normal. Aku bertanya, “Memangnya Aku punya salah apa? Atau ini karena mimpimu semalam?”

“Aku memang mimpi buruk semalam, tapi bukan itu sebabnya. Selama beberapa hari ini Aku terus berpikir. Dan kupikir ini yang terbaik buat kita. Mas gak punya salah,” jawabnya.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apa yang mesti kukatakan jika seorang wanita meminta berpisah? Sebesar apapun rasa cintaku padanya. Sebagai lelaki... tidak mungkin aku memohon-mohon. Meminta agar ia tidak meninggalkanku. Mencampakkanku. Tidak... harga diriku tidak mengizinkanku melakukan itu. Aku hanya diam. Berharap semua ini mimpi. Berharap tiba-tiba Desi tertawa. Menertawakan mukaku yang tiba-tiba pucat. Mengatakan bahwa ini semua hanya sebuah lelucon.

Setelah lama kami terdiam. Aku memutuskan untuk menerimanya.

“Ya sudah kalau itu keputusanmu, Aku pamit ya. Masih harus mencari kado buat temenku,” kataku.

Ia mengantarku sampai depan rumah. Kupandangi ia sejenak. Lalu aku pun pergi. Aku tidak ingin air mataku menetes di depannya. Mimpiku ternyata sudah berakhir. Aku sendiri lagi.


***